Aug 16, 2008

Love Will Keep Us Alive

Waktu itu Morrie sudah harus menggunakan kursi roda hampir seharian, dan membiasakan diri didampingi pembantu untuk mengangkat tubuhnya seperti memindahkan sebuah karung berat dari kursi ke pembaringan dan dari pembaringan ke kursi. Ia mulai sering tersedak waktu makan, dan mengunyah menjadi pekerjaan berat baginya. Kakunya lumpuh total, ia takkan pernah berjalan lagi.

Namun ia pantang menyerah. Bahkan sebaliknya, gagasan demi gagasan bermunculan dari kepalanya. Ia menulis untaian-untaian kecil ungkapan filosofis tentang hidup dibawah bayang-bayang kematian: "Terima apapun yang sanggup kaukerjakan dan apapun yang tak sanggup kaukerjakan"; "Terimalah masa lalu sebagai masa lalu, tak usah menyangkal atau menyingkirkannya";"Belajarlah memaafkan diri sendiri dan memaafkan orang lain"; "Tak ada istilah terlambat untuk mulai".

Apa yang terjadi padaku?
Tahun delapan puluhan telah berlalu. Tahun sembilan puluhan juga segera berlalu. Kematian, penyakit, kegemukan, dan kebotakan, semua terjadi begitu saja. Aku hanyut dalam peraihan begitu banyak mimpi, untuk mendapatkan uang lebih banyak dan sebanyak-banyaknya, dan aku bahkan tak pernah sadar bahwa aku menjalani hiduo demikian.
Ternyata sekarang Morrie bicara kepadaku tentang masa-masa indah selama aku kulihat, seolah-olah selama ini aku hanya pulang dari sebuah libur yang sangat panjang.
"Apa kau sudah menemukan orang tempat kauberbagi perasaan?" tanyanya.
"Apa kau menerima dirimu apa adanya?"
"Apa kau mencoba bersikap manusiawi sebisa-bisanya?"
Aku malu, ingin menunjukkan betapa aku pernah mendalami pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Apa yang terjadi padaku?

Pada suatu petag, aku mengeluhkan kebingungan tentang diriku sendiri pada usiaku saat masih kuliah, apa yang diharapkan dari aku versus apa yang kuinginkan untuk diri sendiri.
"Pernahkah aku bercerita tentang ketegangan yang terjadi di antara dua pihak atau kutub yang berlawanan?" katanya.
The tension of opposites?
"Hidup merupakan rangkaian peristiwa menarik dan mengulur. Suatu saat kita ingin mengerjakan satu hal, padahal kita perlu mengerjakan sesuatu yang lain. Ada sesuatu yang membuat kita sakit, namun kita tahu bahwa seharusnya tidak demikian. Kita menerima hal-hal tertentu secara begitu saja, bahkan meskipun kita tahu bahwa seharusnya kita tidak pernah menikmati sesuatu secara cuma-cuma.
"Tension of opposites, mungkin seperti ketika kita menarik sebuah karet gelang. Dan kebanyakan kita berada di suatu tempat di tengahnya."
Seperti pertandingan gulat, kataku.
"Pertandingan gulat," sahut Morrie sambil tertawa. "Ya, kau dapat menggambarkan hidup dengan cara itu.
Lalu pihak mana yang menang, tanyaku.
"PIhak mana yang menang?"
Ia tersenyum kepadaku, menampakkan lipatan-lipatan pada kelopak matanya dan gigi depannya yang tidak rata.
"Cinta yang menang. Cinta selalu menang."

-Mitch Albom in Tuesdays With Morrie-

MyPreviousEntry: Wanted: Mitch albom's Tuesdays With Morrie

Official website: Tuesdays With Morrie


No comments: